Monday 9 December 2013

Sampah Serapah

Sampah-sampah selalu saja bersebaran tak keruan
Sering tak pada tempatnya
Sungguh mengotori dan tidak sedap dipandang mata
Aku mencoba memungutinya satu per satu
Mengumpulkannya menjadi satu
Hanya saja aku tak tahu harus aku apakan sampah ini
Apa aku buang begitu saja di tempat sampah?
Kucing hanya akan mengaduk aduknya
Dan sisanya akan digerayangi bakteri pembusuk
Lalat akan berdatangan karena tergoda aromanya
Itulah sampah serapah
Seperti halnya semua yang pernah kau ucapkan padaku
Sumpah serapahmu yang kau pungkiri
Yang kini kau tinggalkan begity saja
Membuat hatiku hancur berserakan, berantakan
Meskipun telah aku kumpulkan pecahannya
Tetap tak mungkin aku bisa mengembalikannya seperti semula
Semua tergeletak begitu saja seperti sampah
Sungguh aku tak tahu lagi harus bagaimana
Aku tak tahu harus aku apakan serpihan hatiku yang hancur
Sampah serapahku

BUMI dan LANGIT

Aku lihat disini bumiku hanya hijau
Entah bumimu, berwarna warni selayak pelagi
Yang aku lihat di bumiku mahoni yang mengakar
Entah bumimu, pohon-pohon beton yang mencakar
Kupu-kupu pohon besi berkejaran dengan angin
Entah bumimu, kotak-kotak besi berjejelan dijalanan tak sabar
Sungguh, tak pernah terbayangkan olehku
Untuk menukar bumiku dengan bumimu

Kemudian aku melihat ke atas, kepada langit
Awan hitam menggelayut siap bertumpah
Kedatangan hujan selalu berhasil menyumbang senyum cerah
Entah langitmu, hujan hadir malah disebut musibah
Hujan pun selesai dengan tugasnya, digantikan langit cerah
Entah langitmu, angkasa selalu diselubungi asap mobil mewah
Malam datang dan bintang-bintang berpesta dengan megah
Entah langitmu, bintang telah seutuhnya jatuh ke tanah
Meninggalkan langit kosong yang kini sewarna darah

Kita bertumbuh seperti bumi dan langit
Karena bahkan bumi dan langit kita
Bagai bumi dan langit