Thursday 2 October 2014

Malam sang puteri

Selamat malam
Sapa sang puteri bulan
Kepada ranting dan angin, kepada laut
Teriring alunan orkestra rumput teki
Samar-samar ku lihat jejakmu tertinggal di sana

Hei, lihatlah permadani hitam bertahtakan batu bintang
Menggantung tanpa sulur ataupun tambang
Hei, bukankah itu dirimu yang bernyanyi bersama sang puteri?

Hinggap di kalbu, seperti hantu, kamu
Malam diam membangkitkan pikiran lancangku
Wahai bulan sejak kapan warnamu merah jambu?
Dan bintang jatuhlah di mata itu
Yang menatap aku malu-malu

Friday 12 September 2014

Poetry of J.R.R. Tolkien, The Hobbit

J.R.R. Tolkien
“Far over the misty mountains cold
To dungeons deep and caverns old
We must away ere break of day
To seek the pale enchanted gold.

The dwarves of yore made mighty spells,
While hammers fell like ringing bells
In places deep, where dark things sleep,
In hollow halls beneath the fells.

For ancient king and elvish lord
There many a gleaming golden hoard
They shaped and wrought, and light they caught
To hide in gems on hilt of sword.

On silver necklaces they strung
The flowering stars, on crowns they hung
The dragon-fire, in twisted wire
They meshed the light of moon and sun.

Far over the misty mountains cold
To dungeons deep and caverns old
We must away, ere break of day,
To claim our long-forgotten gold.

Goblets they carved there for themselves
And harps of gold; where no man delves
There lay they long, and many a song
Was sung unheard by men or elves.

The pines were roaring on the height,
The wind was moaning in the night.
The fire was red, it flaming spread;
The trees like torches blazed with light.

The bells were ringing in the dale
And men looked up with faces pale;
The dragon's ire more fierce than fire
Laid low their towers and houses frail.

The mountain smoked beneath the moon;
The dwarves, they heard the tramp of doom.
They fled their hall to dying fall
Beneath his feet, beneath the moon.

Far over the misty mountains grim
To dungeons deep and caverns dim
We must away, ere break of day,
To win our harps and gold from him!”

Wednesday 13 August 2014

#TourdeImogiri MAKAM RAJA-RAJA




Hai, Agustus. Sudah pertengahan bulan Agustus, sangat tidak terasa. Pfftt, tidak terasa juga aku belum juga ngapa-ngapain blog ini (yaiyalah). 
Kalau kata anak  sekolah/kuliah... libur tlah tiba...libur tlah tiba! Yeah...
Actually, bagiku yang notabene sudah waktunya ambil skr*&%# itu, hari-hari layaknya hari libur juga sih. Uda gak ambil kuliah soalnya, jadi ya kalo lagi gak ngerjain skr*&%# itu ya nganggur. Well, tapi mumpung masih dalam suasana libur pasca lebaran, aku gak mau kalah juga dong, aku jalan-jalan juga. Ihik :D

So aku akhirnya memillih liburan yang masih ada di Jogja aja, tepatnya di Imogiri. Banyak obyek wisata di Imogiri dan kebetulan aku punya temen anak Imogiri. Udah lama juga aku pengen jalan-jalan ke Imogiri, jadi beberapa hari sebelumnya aku udah bilang temen ku anak Imogiri itu -panggil saja Rina- kalau aku pengen jalan-jalan ke Imogiri. Setelah mencocokan jadwal dengannya, hari sabtu tanggal 9 Agustus 2014 kita berangkat.

Sebelumnya aku pernah sekali ke Imogiri, ke rumah Rina juga. Waktu itu kita pergi ke Gua Cerme (Cermai), susur gua gitu. Aku berangkat dari Jogja (kosan) ke Imogiri (rumah Rina) sekirar jam 10-an. Karena baru sekali ke rumah Rina, beberapa kali aku perlu menelpon dia buat minta arahan, untung gak nyampe kesasar. Menjelang dzuhur aku sampai di rumah Rina dan kita langsung menuju destinasi pertama kita, MAKAM RAJA-RAJA IMOGIRI. 

Yeah, kita cuma peri berdua doang, puas kalian! Pffttt. Terserah mau bilang apa, jomblo ngenes atau apa terserahlah. Sudah ya ngejeknya, kita lanjut. Sampai di Makam Raja-raja Imogiri tepat saat adzan dzuhur. Sholat dulu lah kita, aku doang ding, Rina lagi Males katanya, you know lah what I mean. Dari parkiran ke masjid kita harus berjalan dulu melewati kios-kios yang menjajakan produk khas Imogiri. Kompleks Makam Raja-raja ini berada sebuah bukit jadi kita harus meniti tangga ke untuk sampai disana. Dari parkiran ke masjid tangganya masih lumayan bersahabat sih. Oh ya, mau cerita sedikit tentang masjidnya, ukurannya gak terlalu besar, bisa dibilang mushola malah, tapi mencirikan budaya jawa banget. Pintu kayu yang diukir pola ukiran jawa, empat tiang penyangga utama di tengah masjid yang juga jadi ciri bangunan di Jawa, Jogja terutama, dan juga ada bedug besar didalamnya. Ah, sayangnya aku lupa mengambil gambar masjidnya, ya sudahlah. Setelah sholat kita langsung meneruskan perjalanan, dimana 400 anak tangga sudah menanti....zzzz
Orang bilang ada 400an anak tangga. Siap mendaki?

Aku siap!

Medaki tangga-tangga ini cukup menguras tenaga dan nafas, fiuuuhh! Tapi angin di atas sejuk banget, bisa lah mengobati sedikit kelelahan setelah meniti tangga yang mengerikan ini. hehehe
Sampai di atas, sambil duduk melepas lelah dan menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan disekitar makam, aku menemukan bunga yang kalau menurutku bunganya bagus sih. Warnanya jingga, dan berasal dari pohon yang besaaaarrrrr sekali. 

Ini pohon besar yang tangkainya penuh dengan bunga cantik

Bunga jingga pohon besar yang telah gugur. Banyak banget di tangga pas mau nyampe makam
Gak banyak orang yang datang waktu itu, siang bolong banget sih pas kita nyampe sana, dan mungkin orang-orang gak selo kek kita yang kesana pas siang bolong banget! Kompleks Makam Raja-raja Imogiri adalah kompleks pemakaman untuk raja-raja dan keluarga kerajaan Mataram Islam. Pada tahun 1632 kompleks makam raja-raja ini dibangun oleh arsitek bernama Kyia Tumenggung Tjitrokoesoemo atas perintah Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram Islam pada waktu itu.
Denah kompleks Makam Raja-raja Imogiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemakaman_Imogiri)


 
Karena kita kesana pas hari sabtu kita tidak diperbolehkan masuk ke dalam kompleks pemakamannya, jadi hanya bisa melihat bagian depannya saja. Di depan kompleks pemakaman ada sebuah gapura yang diberi nama Gapuro Supit Urang. Setelah melewati gapuro, terdapat empat pendopo yang juga diberi nama Pendopo Supit Urang (gak tau artinya apa). Secara umum, denah makam raja-raja ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian tengah atas adalah makam Sultah Agung (bagian A), sebelah timur (B, C, D) adalah makam Raja-raja Kesultanan Yogyakarta dan sebelah barat (F, G, H) adalah makam Raja-raja Kasunanan Yogyakarta. Pemisahan ini terjadi karena adanya perjanjian Giyanti (tahun 1755) yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Yogyakarta (http://jogjatrip.com/id/219/Makam-Raja-raja-Mataram-di-Imogiri).
Gapura Supit Urang

Bagian tengah kompleks makam raja-raja adalah makam Sultan Agung

Gerbang kedua untuk masuk ke makam Sultan Agung
Karena tidak boleh masuk di area pemakaman jadinya kita cuma keliling-keliling dan foto-foto (pastinya!) sekitaran luar kompleks. Ke bagian barat ke kompleks pemakaman untuk raja-raja dari Kasunanan Yogyakarta dan ke bagian timur ke pemakaman Kesultanan Yogyakarta. 
Ukiran di pintu masuk ke pemakaman raja-raja Kasunanan Jogja
Gerbang pintu masuk makam raja Kasunana Jogja
Pintu masuk makam Paku Buwono VI
Si empunya Imogiri, Rina :p

Pintu lain lagi, semua pintu pola ukirannya berbeda
Bagian luar kompleks makam
Ini makam Sri Sultan Hamengkubuwono I
Pintu masuk makam HB I, gak kekunci sih, tapi gak berani masuk
Narsis dulu dengan muka uda kucel kepanasan
Karena sudah puas liat-liat sekitaran kompleks makam raja-raja (belum puas sih karena belum liat makamnya), dan karena waktu juga yang mepet, kita memutuskan untuk segera meneruskan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Eiittss, tapi harus menuruni 409 anak tangga dulu. Fiuuuftttt! >_<
See you in kebun buah Mangunan :p

Friday 18 July 2014

Kopi itu, Pahit Broooo!

Pernah aku sedikit menulis tentang ketertarikanku kepada kopi dan keinginanku untuk menjadi barista. Well, setelah aku pikir-pikir, aku ternyata hanya sedikit saja tahu perihal kopi. Aku hanya tahu kopi itu adalah sebuah minuman berwarna hitam, dibuat dari biji tanaman kopi yang difermentasi dan dikeringkan, kemudian diroasting dan digrinding sehingga menjadi bubuk kopi. Sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, aku selalu membuat kopi dengan menambahkan gula. Sekalipun aku belum pernah mencoba meminum kopi murni yang tanpa gula. Aku tahu kopi itu pahit jadi aku tidak berani mencobanya. Berbeda dengan orang Indonesia yang cenderung menyukai rasa manis (apalagi orang Jogja), orang-orang di negara Barat terbiasa minum kopi tanpa gula. Agak heran sih, mereka kenapa suka minum kopi tanpa gula yang sudah pasti rasanya pahit -dan tidak nikmat, dalam pikiranku-. Well, aku belum mencoba yang seperti itu, jadi aku tidak tahu dan asal berkomentar saja. 

Beberapa waktu lalu, seorang temenku, namanya Rizal. tiba-tiba saja mengajakku "ngopi" di salah satu warung kopi di Jogja, Klinik Kopi namanya. Sudah lama orang memperbincangkan "klinik" unik yang satu ini dan aku pun tidak ketinggalan ingin mencoba kopinya. Rizal ini, aku baru tahu kalau dia juga pecinta kopi. Bedanya denganku, dia lebih banyak tahu tentang kopi dan pernah mencoba banyak sekali jenis kopi, khususnya kopi dari daerah-daerah di Indonesia. Dia juga tahu banyak warung-warung kopi di Jogja, mulai dari yang sebatas angkringan, kedai kopi kecil dan tersembunyi, sampe warung kopi model cafe yang cukup berkelas. 

Jam 9 malam kami berangkat ke Klinik Kopi. Konsep warung kopi ini unik, dengan hanya satu barista kita diharuskan mengantri untuk bisa mendapatkan kopi yang kita inginkan. Namanya saja "Klinik" ya pelayanannya mirip saat kita datang ke dokter. Sang "dokter" akan menyiapkan kopi untuk kita sambil mengajak ngobrol pasiennya. Sesampainya di Klinik, kita langsung naik ke lantai 2 dimana "ruang perawatan" ada disana. Bukan ruang tertutup dan bau obat, ruang perawatan dibatasi kaca-kaca besar yang terbuka sehingga saat sampai di lantai 2 kita bisa langsung mencium aroma kopi yang sangat nikmat. Aroma kopi yang sangat nikmat -itu kesan pertama yang langsung muncul dikepalaku-. Tapi sayang sekali, ternyata kita datang terlambat, last order adalah jam 9 sedangkan kita sampai Klinik sudah lebih dari jam 9. 

Akhirnya setelah memberikan beberapa opsi, Rizal mengajakku ke Omah Kopi : Omah Sdulur. Kesan pertama ku adalah : kau tidak akan pernah menyangka warung sempit yang "biasa banget tempatnya" ini menyimpan harta karun didalamya. Ya harta karun berupa kopi-kopi dari banyak daerah di Indonesia, dari jenis arabika dan robusta, ada juga kopi import, juga kopi khas Omah Kopi : Omah Sdulur yang merupakan kopi blended dari beberapa macam kopi yang -kalau tidak salah- dinamai kopi Durian. Aku yang belum pernah minum kopi selain kopi-kopi instan, sedikit bingung saat harus memilih kopi yang akan aku pesan. Akhirnya aku memilih kopi Flores Bajawa, asal pilih saja sih, cuma pernah denger sesuatu tentang Bajawa aja jadi aku milih kopi ini. Ditulisannya sih ini kopi robusta (tapi ternyata ini adalah kopi arabika), Rizal aku lupa dia pesen kopi apa tapi aku ingat dia pesan salah satu kopi jenis arabika. Terus aku tanya sebenarnya beda kopi robusta dan arabika itu apa kepadanya, Rizal bilang kopi arabika itu rasanya lebih kaya dan enak dibanding kopi robusta. Perbedaan rasa ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat penanamannya. Kopi arabika dikembangkan didaerah dataran tinggi sedangkan robusta didaerah yang lebih rendah.

Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memperhatikan isi warung kopi kecil ini. Meskipun kecil dan sempit ternyata banyak sekali orang yang datang, ada 4 kelompok dimana setiap kelompok minimal ada 4 orang. Hanya kami yang datang berdua, lainnya datang bergerombol. Aku merasa agak aneh sih didalam sana, selain satu-satunya cewek berjilbab, kebanyakan yang datang adalah cowok-cowok berpakain gelap-gelap gitu. Ada satu atau dua cewek lain, tapi mereka pun sama-sama berpakaian gelap, dan merokok. 

Kopi pun datang, kopi Flores Bajawa Arabika ku. Hitam. Pahit. Asam. Itulah kesan ku pertama kali saat mencoba meminumnya (pake sendok kecil). Agak kecewa karena aromanya ternyata kurang kuat. Pahit,itu rasa yang paling dominan (ya iya lah) dari kopi asal Flores ini. Setelah beberapa kali mencoba meminumnya lewat sendok, untuk menyesuaikan lidahku dengan rasa pahitnya, akhirnya aku berani "nyuput" langsung dari cangkirnya. Menurutku sih, iya memang rasanya sangat pahit, tapi rasa pahit yang cukup bisa dinikmati dan setelah beberapa waktu rasa pahit itu akan hilang sama sekali. Sambil ngobrol panjang lebar dengan Rizal, aku mencoba menghabiskan kopiku. 

Dan sesuatu terjadi padaku, aku pusing. Aku tidak yakin, tapi mungkin karena kopinya terlalu kuat untukku. Aku mengutarakan hal itu kepada Rizal dan dia menyarankan setelah ini aku harus banyak minum air putih. Karena sudah tidak tahan pusingnya, kami pun memutuskan untuk pulang. Sampai dikosan aku langsung minum susu dan minum banyak sekali air putih. Aku merasa seperti orang mabuk -walaupun aku belum pernah mabuk sebelumnya-, kepala pusing dan badan linu-linu semua. Pusingnya hilang setelah aku tidur, tetapi linu-linu dibadan ini bertahan sampai 2 hari. Hadeeewww... parah dah, rasanya gak enak banget. huhuhuhu...

Meskipun demikian, entah kenapa aku masih ingin mencoba banyak jenis kopi lainnya. Aromanya selalu menggodaku, hitamnya seperti menyimpan banyak rahasia, dan pahitnya sungguh nikmat. Mungkin lain kali aku akan menambahkan sedikit gula dikopiku. hehe

Itu pengalamanku dengan kopi, bagaimana dengan mu?



Ps : Ada yang pengen tahu tentang kopi Flores Bajawa, check this one http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/ 

Tuesday 8 July 2014

Dia (tidak) Kembali

Profesionalitas itu memang wajib dimiliki oleh setiap orang, dan hal itu mutlak harus dipunyai oleh seorang pemain bola. Ya kali ini aku akan “ngomongin” sedikit tentang sepak bola, mumpung lagi ada gelaran piala dunia. Tapi bukan tentang piala dunia, itu terlalu mainstream kalau aku juga ikut “ngomongin” itu.

Berbicara tentang sepak bola, pemain bola dan profesionalitas aku akan membahas tentang pemain bola yang -dulu- sangat aku gilai, Cesc Fabregas. Pemain yang dulu pernah selama kurang lebih delapan tahun merumput -kok seperti disamakan dengan kambing/sapi?- atau bermain untuk tim sepak bola jagoanku Arsenal, ini beberapa waktu lalu mengumumkan hal yang bisa menggegerkan dunia para Gooners (fans Arsenal). Doi -ceileh- yang tahun 2011 lalu pulang kampung ke Barcelona memutuskan untuk kembali merantau, lagi-lagi di Inggris -dan London- tapi bukan kembali ke Arsenal. Chelsea, musuh sekota London yang juga musuh bebuyutan Arsenal, adalah klub yang dipilih Fabregas. Sungguh bukan come back yang bagus dimata kami, Gooners, pasalnya pernah doi bilang kalau seandainya doi pindah klub lagi (hengkang dari Barca) doi akan balik ke Arsenal, atau sekalipun tidak kembali ke Arsenal, doi akan pindah ke selain klub Inggris.

Cesc Fabregas Memilih Chelsea

Beberapa minggu saat berita tentang akan hengkangnya Fabregas dari Barca, banyak sekali kabar yang memberitakan bahwa doi akan kembali ke Arsenal. Sebagian besar fans Arsenal -termasuk aku- sebenernya menginginkan kabar tersebut menjadi kenyataan karena pada dasarnya kami -Gooners- masih mencintai Fabregas. Selama delapan tahun bermain untuk Arsenal dan dianugerahi ban kapten pada 2 musim terakhirnya di Arsenal, membuat fans Arsenal menempatkan Fabregas ditempat tersediri dihati mereka. Sayang sekali, saat semua fans sepak bola teralihkan dengan berita seputar sepak bola, ada berita buruk bagi pans Arsenal tentang kepindahan Fabregas ke Chelsea. Sebagai salah satu dari mereka -Gooners- aku -yang juga telah mencintaii Fabregas dengan sepenuh hati- merasa sangat patah hati. I’m broken heart! Rasanya sungguh sakiiiiittttttttt. Lebih sakit dari dikhianatin sama pacar. Atau sesakit di-PHP-in sama gebetan. Selama beberapa hari kabar itu beredar, setiap nonton berita transfernya di tivi, seperti tersayat-sayat hatiku -lebay-. Rasanya juga lebih sakit dibanding saat tahu kalau dia punya pacar seorang janda. Hiks hiks hiks...

Layaknya seperti orang yang habis patah hati, setelah menggalau beberapa saat, aku memutuskan untuk move on. Hufft. Profesionalitas. Aku mulai menerima bahwa dia memang berhak untuk bermain di klub manapun yang dia inginkan dan klub yang memang mengininkannya. Karena beberapa berita juga mengabarkan bahwa Arsene Wenger lah yang tidak menginginkan service Fabregas lagi. Well, meskipun bakal teringatkan lagi sakitnya saat melihat Fabregas nanti main di EPL dengan jersey Chelsea, tapi ya sudahlah. Meskipun tidak mendapatkan Fabregas lagi, aku harap Arsenal bisa merekrut pemain lain yang berkualitas. Alexis Sanchez atau Sami Khedira boleh lah ya.

Oke deh, we’ll see kiprah come back Fabregas di Inggris, di Chelsea,

Monday 7 July 2014

Berhenti berwacana dan tulis apa saja

Ponjong, 7 Juli 2014

Baru saja beberapa menit hari ini dimulai. Ya, sudah masuk bulan Juli, dan Juni pun telah berlalu. Aku baru menyadari sesuatu, aku tidak menulis atau mengepos satu tulisanpun di bulan Juni. Huvd, padahal aku bertekad untuk aktif menulis di blog, paling tidak setiap bulan aku menulis dan memposting sesuatu. Tapi tekad itu terlupakan sebulan belakangan.

Aku tidak benar-benar tahu apa yang membuatku lupa untuk menulis. Apa aku terlalu sibuk? Sepertinya tidak juga. Apa tidak ada hal-hal bagus yang terjadi dibulan Juni yang bisa di tuliskan? Kupikir sebenarnya ada beberapa hal menarik. Apa aku sedang tidak galau karena itu seringkali menjadi sumber inspirasiku? Apa yang terjadi padaku??

Sambil menuliskan ini aku memikirkan beberapa hal tentang bulan Juni yang sebenarnya bisa aku tulis di blog. Seperti tentang hujan yang tiba-tiba saja mulai turun ditengah panasnya matahari Juni. Puisi “Hujan Bulan Juni” Supardi Joko Damono tiba-tiba menjadi soundtrack of the month. Beberapa kali terlintas untuk menulis tentang hal  itu(hujan bulan Juni) di blog, tapi pada akhirnya itu hanya menjadi ide yang kembali terlupakan.

Ada juga beberapa event menarik yang aku datangi yang sebenarnya bisa jadi isian blogku seperti ArtJog yang pada tahun 2014 ini sangat banyak sekali peminatnya sampai-sampai acara yang tadinya hanya akan berlangsung 1 minggu diperpanjang 1 minggu lagi karena banyaknya peminat. Saat 2 tahun lalu aku datang ke acara yang sama, ArtJog2012, keadaannya agak jauh berbeda terkait jumlah pengunjung yang tidak sebanyak tahun ini. Padahal waktu dua tahun lalu untuk dapat menikmati karya-karya seni di ArtJog kita tidak perlu membayar tiket masuk. Dan kebijakan penyelenggara untuk mengenakan biaya tiket masuk pada ArtJog2014 ini ternyata tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Jogja untuk tidak datang ke event seni terbesar di ASEAN ini, malah semakin besar antusiasmenya. Ya, kini telah banyak orang yang mau mengapresiasi karya seni dan seniman. Mengamati ArtJog tahun ini, aku bisa melihat itu, meskipun antara ingin mengapresiasi karya seni atau keinginan untuk sekedar eksis kadang aku yang tidak bisa membedakan.

Oke cukup, itu saja beberapa hal yang sebenarnya aku ingin tulis, lagi-lagi kini itu hanya wacana. Ah, wacana, banyak sekali wacana sampai bosan aku membuatnya -...-

Selanjutnya aku ingin sekali kembali aktif menulis di blog. Ku mohon, pada diriku sendiri, berhentilah berwacana dan tulis saja apa saja.

Trims :)

Friday 16 May 2014

masihkah kau menganggapku kawan?

Kawan, masihkah kau menganggapku kawan?


Aku takut, kamu telah banyak berubah dan itu membuatmu tidak lagi menganggap penting persahabatan kita. Kau tau, rasanya lebih menyakitkan kehilangan seorang teman daripada seorang kekasih.
Kemana kau setiap aku mengajakmu bertemu? Dengan banyak sekali alasan, kadang tak masuk akal, kau menolak bertemu denganku. Kemana kau? Padahal ku tau kau memiliki waktu luang. Bahkan sering ku kehilangan kabar dari mu. Sayup-sayup saja, ku dengar kau telah berlari menjauh. Aku takut kau benar-benar meninggalkan ku. Apakah yang ku takutkan itu telah terjadi?
Ya, kau memang telah berlari, cepat sekali meninggalkanku. Sudah sukseskah dirimu? Mungkin, hingga tak kau hiraukan lagi diriku. Apa? Kau bilang aku yang melupakanku? Bagaimana bisa sedang aku yang selalu mencari kabarmu dahulu disela-sela angin. Sedang aku yang selalu memaksamu meluangkan waktu untuk kita bercengkrama barang sedetik. Meskipun pada akhirnya kau tetap saja menolak.
Aku tau semua orang berubah, aku juga. Setiap orang berubah. Tapi aku selalu berusaha menjadi orang yang sama seperti aku saat kita pertama kali bertemu, aku yang kamu kenal bukan aku yang telah berubah. Ku harap kau segera menyadari hal itu, bahwa aku tak ingin kau pergi kawan, sungguh. Kau mungkin hanya belum sadar bahwa kau begitu berharga untukku, di hidupku.



Ponjong, 16 Mei 2014


Sunday 11 May 2014

Jauh jauhlah

Jika aku kamu, dan kamu adalah aku. Aku pasti sudah sejak lama meninggalkanmu.
Tapi aku tetaplah aku, yang selalu memasang muka patung dihadapanmu. Tanpa ekspresi, tanpa perasaan, dan memang seperti itu inginku. Aku menjaga perasaanku tetap hambar padamu dengan terus mempertahankan jarak yang kita ada diantara kita saat ini. Bersikap dingin dan tidak menunjukkan minat sedikitpun, tidak peduli dan sengaja mengacuhkanmu.

Semua itu kulakukan dengan sengaja dan bukan tanpa maksud apapun. Aku hanya ingin mempertahankan hubungan kita tetap seperti ini, hambar. Ego ku terlalu angkuh untuk kau rengkuh. Jangan berikan apapun padaku, karena aku tidak akan menerimanya, apalagi membalasnya. Jangan berharap apapun, sedikitpun padaku.

Kau bilang aku sengaja memasang pagar, ku pikir kau benar. Kau bilang aku harus membuka pintuku, akan ku buka tapi bukan untukmu. Kau bilang ingin bertamu? Yang benar saja, hatiku tidak pernah menerima tamu. Rumahku ku bangun untuk imamku, bukan hanya sekedar untuk kawan bertamu. Jauh jauhlah.

Pagar

Ku bangun dengan seluruh ego yang berhasil aku kumpulkan
dari sisa-sisa reruntuhan jembatan yang telah jatuh
Darinya ku rangkai pagar tebal yang tidak akan bisa tertembus
oleh cahaya sekalipun, apalagi olehmu
Sekalipun ku taruh sebuah pintu
itu bukanlah untukmu
Semakin kuat kau berusaha menerobos masuk
berkali-kali lipat aku bangun pagarku lebih tebal
Hingga udarapun tak lagi sanggup menyusup
Lalu akhirnya aku akan mati
Mati rasa
Rasa cinta
Jatuh cinta

Friday 11 April 2014

Tertangkap Basah

Aku bingung. Aku tak tau lagi harus menempatkan mukaku dimana. Aku juga ragu apakah aku masih punya nyali untuk bertemu dengan mu. Seandainya bisa, aku ingin sekali menyembunyikan diriku dari mu, dari dunia mu. Menjadi orang yang kasat oleh matamu.

Sudah sangat banyak hal yang aku tuliskan tentangmu. Tapi itu tidak berarti aku menulisanya untuk kamu baca. Sungguh aku tak ingin kamu membaca semua ini. Selain karena aku tidak bisa menulis dengan baik, juga karena dalam tulisan-tulisanku ini aku mencurahkan semua perasaanku padamu. Aku tau perasaan ku ini tak bisa kau balas, jadi aku mencurahkannya dalam tulisan.

Tapi taukah kau betapa malunya diriku saat ternyata telah membacanya?? Hampir seperti malu karena kehilangan harga diri. Karenanya aku merasa tak ada lagi alasanku untuk berjumpa denganmu. Aku aku aku aku malu. Meskipun keadaan saat ini aku sudah berubah, tapi menyadari kau membaca tulisan-tulisan ku itu sama halnya dengan kau mengetahui rahasiaku yang ingin aku sembunyikan, terutama darimu. Seperti anak kecil yang ketahuan mengompol. Aku berharap aku bisa menghilang dan tak kasat di matamu. Sungguh.

Maafkan aku. Maaf. Maaf. Maaf.
Bukan apa-apa, hanya saja aku berharap kau segera melupakan apa yang baca itu. Terlebih jangan pernah sekalipun kau mengungkitnya. Jangan. Ku mohon, itu saja. Setidaknya, berikan ku sedikit saja harga diriku kembali.

Wednesday 2 April 2014

Sang Pembuat Kopi


Aku beri tahu resep rahasiaku untuk membuat secangkir kopi yang nikmat, satu sendok kopi bubuk asli dan netralkan dengan dua sendok gula, lalu seduh dengan air mendidih yang baru saja diangkat dari kompor. Sederhana saja bukan? Dan dengan kesederhanaan itu yang membuat mereka selalu menunggu nunggu kopi ku setiap sabtu malam.

Kita, aku dan teman-temanku, memiliki satu rutinitas yang hampir selalu kami lakukan setiap akhir pekan, pada sabtu malam lebih tepatnya. Saat muda mudi lain memanfaatkan malam minggu mereka dengan berkencan atau bermain kemana, kami cukup berkumpul di markas yang kami namai Markas Kasukabe dan sisa malam minggu itu kita isi dengan bercengkrama, ngobrol, bercanda, dll. Satu hal yang juga menjadi rutinintas dalam rutinitas itu adalah kebiasaan kami untuk "ngopi" dan yang kebagian tugas membuatkan kopi untuk mereka semua adalah aku. Singkat cerita, yang kemudian diberi tugas untuk membuat kopi adalah aku. Aku tidak tahu kenapa, tapi ku pikir mereka menyukai kopi buatanku, atau sebenarnya itu terpaksa karena tidak ada yang mau diberi tugas itu selain aku? Entahlah, aku sih sebenarnya tidak masalah, aku suka kopi dan membuat kopi. 

Satu sendok penuh kopi bubuk asli akan menghasilkan kopi setengah kental dengan rasa asam yang kuat. Ya sebenarnya itulah yang membuat kopi terasa pahit. Tetapi dengan dua sendok gula, rasa pahit dan asam itu akan tertutupi dan hanya akan tertinggal saja di rongga mulut.  Kopi itu tidak akan terasa pahit ataupun manis. Kopi yang cukup ramah di lidah orang yang tidak terbiasa meminum kopi, sekaligus kopi yang punya cita rasa kuat bahkan untuk dirasakan oleh seorah perokok berat.

Berbicara tentang kopi, sudahkah aku beru tahu kamu bahwa aku pernah bercita-cita untu menjadi barista? Hmmm, mungkin belum, tapi meskipun sudah, aku akan tetap menceritakannya padamu. Sejak dulu saat masih duduk dibangku sekolah menengah atasm aku sudah sangat gemar minum kopi. Waktu itu aku sudah berteman akrab dengan malam, jadi aku selalu berjaga bersamanya. Malam yang mengenalkan aku dengan kopi. Aku sangat suka kopi meskipun pada awalnya aku hanya berani menenggak kopi susu atau kopi creamer. Kopi hitam menurutku terkesan terlalu "tua" dan "bapak-bapak" banget untukku yang waktu itu masih sangat belia (halah). Setelah sekian lama berteman dengan kopi, tak ku sadari aku mulai jatuh cinta padanya. Dan pada saat itulah, aku bercita-cita, bermimpi lebih tepatnya, untuk menjadi seorang barista atau pembuat kopi. Seperti mimmpi-mimpi aneh ku lainnya, ku pikir itu salah satu mimpiku yang agak susah di wujudkan, agak mustahil.

Ya, aku suka kopi, aku suka membuat kopi dan aku suka kopi yang aku buat, mereka, ku pikir juga menyukainya. Jadi aku akan berpikir ulang tentang kemustahilan mimpiku menjadi seorang barista. Aku hanya perlu menemukan jalannya. Semoga. Doakan saja :))


9 Maret
@Megalochelys

Thursday 6 March 2014

Sahabat Malam

Entah kapan aku mulai bersahabat dengan malam
Berdendang bersama jutaan bintang
Menarikan kicauan kelelawar
Di depan kilauan kunang-kunang

Kedamaian malam yang membuatku nyaman
Sepi senyap yang ku nikmati sendiri
Tak ada lagi keindahan tangan yang memetik gitar
Bersenandung lagu yang sering ku dengar

Indahnya adalah malam
Yang menelan semua kelam
Dan ku telah tenggelam
Semakin lama semakin dalam
Lalu semuanya menjadi hitam
Di depan mataku yang suram

Wednesday 12 February 2014

Hujan Pergilah

Lagi, aku ingin hujan pergi. Lagi, aku ingin melihat matahari. Bosan rasanya melihat langit kelabu sepanjang hari. Melihat langit terus menerus menangis seperti membuatku juga ingin menangis. Tidak, aku tidak sedang sedih. Aku hanya sedang bosan, sedang jenuh seperti udara jenuh dikala hujan.

Aku ingin sekali pergi menghilang untuk sementara. Mungkin ke dalam bumi. Atau ke atas langit. Mungkin ke dasar lautan. Aku ingin pergi, melarikan diri, hanya sebentar saja, aku ingin pergi dari kubangan tempatku terus menerus memikirkanmu.

Beberapa waktu yang lalu ku pikir aku telah mulai sedikit menyukai hujan. Ku pikir hujan sedikit demi sedikit melarutkan rasaku untukmu. Tapi yang terjadi alih-alih dia membawa mu pergi bersamanya, hujan malah semakin membenamkan diriku dalam kubangan ini, kubangan yang semakin dalam menenggelamkan diriku pada keterpurukan kerena kehilanganmu. 

Apakah kau berpikir bahwa diriku sangat menyedihkan? Semua ini salah hujan, jangan kau menyalahkan ku. Salahkan saja hujan, paling-paling dia akan marah dan menjatuhkan diri lebih deras. Angin sesekali akan membela hujan. Membuat siang seakan malam.

Baiklah, aku akui itu adalah salahku, hujan tidak salah. Dia hanya menyebalkan. Dia selalu berhasil membuatku basah. Aku benci dengan air. Entahlah, mungkin karena aku tidak pernah bisa menggenggam air. Ah, karena hujan datang hampir pada setiap sore aku merasa sangat kehilangan moment dikala senja. Senja dikala hujan tidak berarti apapun untukku. Aku ingin melihat senja langit merah saat hari cerah karena saat itu aku teringatkan lagi alasanku jatuh cinta padamu.

Oh, tolong kembalikan matahariku.

Memantaskan Diri

Pernahkah kamu merasa tidak pantas untuk seseorang? Pernahkah kamu merasa tidak pantas untuk siapapun? Dalam hal ini yang aku maksud adalah lawan jenis kita. Atau sebaliknya, pernahkah kamu merasa seseorang itu tidak pantas untukmu? Aku, tentu saja pernah, karena itulah aku menulis ini.

Aku pernah merasakan keduanya, merasa tidak pantas untuk seseorang dan merasa seseorang tidak cukup pantas untukku. Baiklah, semua orang tentu menginginkan seorang pendamping yang terbaik dan pantas untuk kita. Suatu kali aku pernah sangat menyukai seseorang. Seseorang itu, di mataku dulu, adalah seorang yang mungkin hanya akan muncul sebagai kekasihku dalam mimpiku. Tak pernah terbayangkan sebelumnya dia akhirnya menjadi kekasihku. Dulu, aku merasa amat tidak pantas untuknya. Karena banyak hal, dia terlihat sangat berkilau dibanding denganku. Tetapi pada akhirnya dia menjadi kekasihku untuk beberapa waktu. Selama berhubungan dengannya, aku berusaha memantaskan diriku untuknya. Hingga sampai pada suatu waktu aku menyadari bahwa dia tidak lagi seberkilau dulu. Dan kini, ku pikir dia tak pantas untukku lagi. Tapi jangan salah, aku mengakhiri hubunganku dengannya bukan karena aku merasa demikian, memang kita ada masalah. Pada waktu yang lain, aku merasa beberapa orang tidak pantas untukku sehingga sebisa mungkin aku menolak dan menyangkal mereka. Maafkan aku, tapi aku memang tipe pemilh, jadi aku benar-benar akan memilih seseorang yang cukup pantas untukku.

Sesungguhnya, aku lebih senang berada dalam posisi yang tidak pantas. Aku ini amat suka hal-hal berbau tantangan dan pembuktian. Jadi dengan berada di posisi yang tidak pantas untuk seseorang, aku memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi lebih baik lagi dan membuktikan pada orang bahwa aku pantas. 

Beberapa waktu terakhir ini aku menyukai seseorang. Seseorang yang sudah sangat mendekati kekasih idamanku. Mungkin saja kau tau orangnya. Telah ku tulis banyak hal tentangnya. Oke pada intinya dia itu sangat emmh apa ya, berkilau, jauh jauh jauh lebih berkilau dari seseorang yang sebelumnya ku ceritakan. Aku bilang dia itu hampir sempurna untukku. Dan ku pikir dengannya aku bisa menggapai semua mimpi-mimpiku. Mimpi-mimpi ku bahkan yang paling mustahil. Dia sosok yang paling tepat. Dan masalah itu muncul kembali. Meskipun dia sudah sangat pantas untukku, aku tidak cukup pantas untuknya. Pada akhirnya kali ini aku benar-benar hanya mampu menjadikannya kekasih dalam mimpiku. Meskipun demikian, seperti layaknya aku, aku tidak akan menyerah begitu saja. Bukan berarti aku akan mengejarnya mati-matian sampai aku mendapatkannya, tetapi aku tidak akan menyerah untuk sekali lagi memantaskan diriku. Sebagai patokannya adalah dia. Aku akan memantaskan diriku sehingga aku bisa dengan bangga berdiris sejajar dengannya. Dan aku sudah bertekad, aku akan berusaha memantaskan diriku.

Dan untuk seseorang, cobalah juga untuk memantaskan dirimu untukku. Bila sudah tercapai titik dimana kau merasa kau pantas untukku, datanglah lagi padaku. Mari kita sama-sama berusaha untuk memantaskan diri menjadi yang terbaik demi mendapatkan yang terbaik. Sungguh, yakinlah semua akan indah nanti pada akhirnya :)

Wednesday 8 January 2014

tak akan bisa lupa

kembali berjalan
memutar-mutar
lewati jalan berbatu terjal
berulang kali ku terjunggal
berlari sekuat kaki mengejar
kenangan

bukannya aku ingin
bahkan sebenarnya aku benci
sebisa mungkin berpaling

layaknya jalanku yang terus berputar
seirama lagu yang berkisah tentangmu
terekam sempurna dalam memoriku
tak ada yang terlupa, sedikitpun