Friday 11 April 2014

Tertangkap Basah

Aku bingung. Aku tak tau lagi harus menempatkan mukaku dimana. Aku juga ragu apakah aku masih punya nyali untuk bertemu dengan mu. Seandainya bisa, aku ingin sekali menyembunyikan diriku dari mu, dari dunia mu. Menjadi orang yang kasat oleh matamu.

Sudah sangat banyak hal yang aku tuliskan tentangmu. Tapi itu tidak berarti aku menulisanya untuk kamu baca. Sungguh aku tak ingin kamu membaca semua ini. Selain karena aku tidak bisa menulis dengan baik, juga karena dalam tulisan-tulisanku ini aku mencurahkan semua perasaanku padamu. Aku tau perasaan ku ini tak bisa kau balas, jadi aku mencurahkannya dalam tulisan.

Tapi taukah kau betapa malunya diriku saat ternyata telah membacanya?? Hampir seperti malu karena kehilangan harga diri. Karenanya aku merasa tak ada lagi alasanku untuk berjumpa denganmu. Aku aku aku aku malu. Meskipun keadaan saat ini aku sudah berubah, tapi menyadari kau membaca tulisan-tulisan ku itu sama halnya dengan kau mengetahui rahasiaku yang ingin aku sembunyikan, terutama darimu. Seperti anak kecil yang ketahuan mengompol. Aku berharap aku bisa menghilang dan tak kasat di matamu. Sungguh.

Maafkan aku. Maaf. Maaf. Maaf.
Bukan apa-apa, hanya saja aku berharap kau segera melupakan apa yang baca itu. Terlebih jangan pernah sekalipun kau mengungkitnya. Jangan. Ku mohon, itu saja. Setidaknya, berikan ku sedikit saja harga diriku kembali.

Wednesday 2 April 2014

Sang Pembuat Kopi


Aku beri tahu resep rahasiaku untuk membuat secangkir kopi yang nikmat, satu sendok kopi bubuk asli dan netralkan dengan dua sendok gula, lalu seduh dengan air mendidih yang baru saja diangkat dari kompor. Sederhana saja bukan? Dan dengan kesederhanaan itu yang membuat mereka selalu menunggu nunggu kopi ku setiap sabtu malam.

Kita, aku dan teman-temanku, memiliki satu rutinitas yang hampir selalu kami lakukan setiap akhir pekan, pada sabtu malam lebih tepatnya. Saat muda mudi lain memanfaatkan malam minggu mereka dengan berkencan atau bermain kemana, kami cukup berkumpul di markas yang kami namai Markas Kasukabe dan sisa malam minggu itu kita isi dengan bercengkrama, ngobrol, bercanda, dll. Satu hal yang juga menjadi rutinintas dalam rutinitas itu adalah kebiasaan kami untuk "ngopi" dan yang kebagian tugas membuatkan kopi untuk mereka semua adalah aku. Singkat cerita, yang kemudian diberi tugas untuk membuat kopi adalah aku. Aku tidak tahu kenapa, tapi ku pikir mereka menyukai kopi buatanku, atau sebenarnya itu terpaksa karena tidak ada yang mau diberi tugas itu selain aku? Entahlah, aku sih sebenarnya tidak masalah, aku suka kopi dan membuat kopi. 

Satu sendok penuh kopi bubuk asli akan menghasilkan kopi setengah kental dengan rasa asam yang kuat. Ya sebenarnya itulah yang membuat kopi terasa pahit. Tetapi dengan dua sendok gula, rasa pahit dan asam itu akan tertutupi dan hanya akan tertinggal saja di rongga mulut.  Kopi itu tidak akan terasa pahit ataupun manis. Kopi yang cukup ramah di lidah orang yang tidak terbiasa meminum kopi, sekaligus kopi yang punya cita rasa kuat bahkan untuk dirasakan oleh seorah perokok berat.

Berbicara tentang kopi, sudahkah aku beru tahu kamu bahwa aku pernah bercita-cita untu menjadi barista? Hmmm, mungkin belum, tapi meskipun sudah, aku akan tetap menceritakannya padamu. Sejak dulu saat masih duduk dibangku sekolah menengah atasm aku sudah sangat gemar minum kopi. Waktu itu aku sudah berteman akrab dengan malam, jadi aku selalu berjaga bersamanya. Malam yang mengenalkan aku dengan kopi. Aku sangat suka kopi meskipun pada awalnya aku hanya berani menenggak kopi susu atau kopi creamer. Kopi hitam menurutku terkesan terlalu "tua" dan "bapak-bapak" banget untukku yang waktu itu masih sangat belia (halah). Setelah sekian lama berteman dengan kopi, tak ku sadari aku mulai jatuh cinta padanya. Dan pada saat itulah, aku bercita-cita, bermimpi lebih tepatnya, untuk menjadi seorang barista atau pembuat kopi. Seperti mimmpi-mimpi aneh ku lainnya, ku pikir itu salah satu mimpiku yang agak susah di wujudkan, agak mustahil.

Ya, aku suka kopi, aku suka membuat kopi dan aku suka kopi yang aku buat, mereka, ku pikir juga menyukainya. Jadi aku akan berpikir ulang tentang kemustahilan mimpiku menjadi seorang barista. Aku hanya perlu menemukan jalannya. Semoga. Doakan saja :))


9 Maret
@Megalochelys