Thursday 25 June 2015

Lagi, mati, hati

ku pikir sebelumnya ini akan berakhir berbeda
saat kau datang sekali lagi membawa hatimu
dengan rasa yang sama, sisa-sisa purbakala
nyatanya ini hanya cerita yang sama
yang berakhir identik
tanpa sangkalan
sisakan duka
dalam
hati
ku

bahkan susunan kata tak sanggup lagi memahami hati yang terlanjur mati karena tak kuasa melawan lara karena terlalu mencintai

Thursday 2 October 2014

Malam sang puteri

Selamat malam
Sapa sang puteri bulan
Kepada ranting dan angin, kepada laut
Teriring alunan orkestra rumput teki
Samar-samar ku lihat jejakmu tertinggal di sana

Hei, lihatlah permadani hitam bertahtakan batu bintang
Menggantung tanpa sulur ataupun tambang
Hei, bukankah itu dirimu yang bernyanyi bersama sang puteri?

Hinggap di kalbu, seperti hantu, kamu
Malam diam membangkitkan pikiran lancangku
Wahai bulan sejak kapan warnamu merah jambu?
Dan bintang jatuhlah di mata itu
Yang menatap aku malu-malu

Friday 12 September 2014

Poetry of J.R.R. Tolkien, The Hobbit

J.R.R. Tolkien
“Far over the misty mountains cold
To dungeons deep and caverns old
We must away ere break of day
To seek the pale enchanted gold.

The dwarves of yore made mighty spells,
While hammers fell like ringing bells
In places deep, where dark things sleep,
In hollow halls beneath the fells.

For ancient king and elvish lord
There many a gleaming golden hoard
They shaped and wrought, and light they caught
To hide in gems on hilt of sword.

On silver necklaces they strung
The flowering stars, on crowns they hung
The dragon-fire, in twisted wire
They meshed the light of moon and sun.

Far over the misty mountains cold
To dungeons deep and caverns old
We must away, ere break of day,
To claim our long-forgotten gold.

Goblets they carved there for themselves
And harps of gold; where no man delves
There lay they long, and many a song
Was sung unheard by men or elves.

The pines were roaring on the height,
The wind was moaning in the night.
The fire was red, it flaming spread;
The trees like torches blazed with light.

The bells were ringing in the dale
And men looked up with faces pale;
The dragon's ire more fierce than fire
Laid low their towers and houses frail.

The mountain smoked beneath the moon;
The dwarves, they heard the tramp of doom.
They fled their hall to dying fall
Beneath his feet, beneath the moon.

Far over the misty mountains grim
To dungeons deep and caverns dim
We must away, ere break of day,
To win our harps and gold from him!”

Wednesday 13 August 2014

#TourdeImogiri MAKAM RAJA-RAJA




Hai, Agustus. Sudah pertengahan bulan Agustus, sangat tidak terasa. Pfftt, tidak terasa juga aku belum juga ngapa-ngapain blog ini (yaiyalah). 
Kalau kata anak  sekolah/kuliah... libur tlah tiba...libur tlah tiba! Yeah...
Actually, bagiku yang notabene sudah waktunya ambil skr*&%# itu, hari-hari layaknya hari libur juga sih. Uda gak ambil kuliah soalnya, jadi ya kalo lagi gak ngerjain skr*&%# itu ya nganggur. Well, tapi mumpung masih dalam suasana libur pasca lebaran, aku gak mau kalah juga dong, aku jalan-jalan juga. Ihik :D

So aku akhirnya memillih liburan yang masih ada di Jogja aja, tepatnya di Imogiri. Banyak obyek wisata di Imogiri dan kebetulan aku punya temen anak Imogiri. Udah lama juga aku pengen jalan-jalan ke Imogiri, jadi beberapa hari sebelumnya aku udah bilang temen ku anak Imogiri itu -panggil saja Rina- kalau aku pengen jalan-jalan ke Imogiri. Setelah mencocokan jadwal dengannya, hari sabtu tanggal 9 Agustus 2014 kita berangkat.

Sebelumnya aku pernah sekali ke Imogiri, ke rumah Rina juga. Waktu itu kita pergi ke Gua Cerme (Cermai), susur gua gitu. Aku berangkat dari Jogja (kosan) ke Imogiri (rumah Rina) sekirar jam 10-an. Karena baru sekali ke rumah Rina, beberapa kali aku perlu menelpon dia buat minta arahan, untung gak nyampe kesasar. Menjelang dzuhur aku sampai di rumah Rina dan kita langsung menuju destinasi pertama kita, MAKAM RAJA-RAJA IMOGIRI. 

Yeah, kita cuma peri berdua doang, puas kalian! Pffttt. Terserah mau bilang apa, jomblo ngenes atau apa terserahlah. Sudah ya ngejeknya, kita lanjut. Sampai di Makam Raja-raja Imogiri tepat saat adzan dzuhur. Sholat dulu lah kita, aku doang ding, Rina lagi Males katanya, you know lah what I mean. Dari parkiran ke masjid kita harus berjalan dulu melewati kios-kios yang menjajakan produk khas Imogiri. Kompleks Makam Raja-raja ini berada sebuah bukit jadi kita harus meniti tangga ke untuk sampai disana. Dari parkiran ke masjid tangganya masih lumayan bersahabat sih. Oh ya, mau cerita sedikit tentang masjidnya, ukurannya gak terlalu besar, bisa dibilang mushola malah, tapi mencirikan budaya jawa banget. Pintu kayu yang diukir pola ukiran jawa, empat tiang penyangga utama di tengah masjid yang juga jadi ciri bangunan di Jawa, Jogja terutama, dan juga ada bedug besar didalamnya. Ah, sayangnya aku lupa mengambil gambar masjidnya, ya sudahlah. Setelah sholat kita langsung meneruskan perjalanan, dimana 400 anak tangga sudah menanti....zzzz
Orang bilang ada 400an anak tangga. Siap mendaki?

Aku siap!

Medaki tangga-tangga ini cukup menguras tenaga dan nafas, fiuuuhh! Tapi angin di atas sejuk banget, bisa lah mengobati sedikit kelelahan setelah meniti tangga yang mengerikan ini. hehehe
Sampai di atas, sambil duduk melepas lelah dan menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan disekitar makam, aku menemukan bunga yang kalau menurutku bunganya bagus sih. Warnanya jingga, dan berasal dari pohon yang besaaaarrrrr sekali. 

Ini pohon besar yang tangkainya penuh dengan bunga cantik

Bunga jingga pohon besar yang telah gugur. Banyak banget di tangga pas mau nyampe makam
Gak banyak orang yang datang waktu itu, siang bolong banget sih pas kita nyampe sana, dan mungkin orang-orang gak selo kek kita yang kesana pas siang bolong banget! Kompleks Makam Raja-raja Imogiri adalah kompleks pemakaman untuk raja-raja dan keluarga kerajaan Mataram Islam. Pada tahun 1632 kompleks makam raja-raja ini dibangun oleh arsitek bernama Kyia Tumenggung Tjitrokoesoemo atas perintah Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram Islam pada waktu itu.
Denah kompleks Makam Raja-raja Imogiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemakaman_Imogiri)


 
Karena kita kesana pas hari sabtu kita tidak diperbolehkan masuk ke dalam kompleks pemakamannya, jadi hanya bisa melihat bagian depannya saja. Di depan kompleks pemakaman ada sebuah gapura yang diberi nama Gapuro Supit Urang. Setelah melewati gapuro, terdapat empat pendopo yang juga diberi nama Pendopo Supit Urang (gak tau artinya apa). Secara umum, denah makam raja-raja ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian tengah atas adalah makam Sultah Agung (bagian A), sebelah timur (B, C, D) adalah makam Raja-raja Kesultanan Yogyakarta dan sebelah barat (F, G, H) adalah makam Raja-raja Kasunanan Yogyakarta. Pemisahan ini terjadi karena adanya perjanjian Giyanti (tahun 1755) yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Yogyakarta (http://jogjatrip.com/id/219/Makam-Raja-raja-Mataram-di-Imogiri).
Gapura Supit Urang

Bagian tengah kompleks makam raja-raja adalah makam Sultan Agung

Gerbang kedua untuk masuk ke makam Sultan Agung
Karena tidak boleh masuk di area pemakaman jadinya kita cuma keliling-keliling dan foto-foto (pastinya!) sekitaran luar kompleks. Ke bagian barat ke kompleks pemakaman untuk raja-raja dari Kasunanan Yogyakarta dan ke bagian timur ke pemakaman Kesultanan Yogyakarta. 
Ukiran di pintu masuk ke pemakaman raja-raja Kasunanan Jogja
Gerbang pintu masuk makam raja Kasunana Jogja
Pintu masuk makam Paku Buwono VI
Si empunya Imogiri, Rina :p

Pintu lain lagi, semua pintu pola ukirannya berbeda
Bagian luar kompleks makam
Ini makam Sri Sultan Hamengkubuwono I
Pintu masuk makam HB I, gak kekunci sih, tapi gak berani masuk
Narsis dulu dengan muka uda kucel kepanasan
Karena sudah puas liat-liat sekitaran kompleks makam raja-raja (belum puas sih karena belum liat makamnya), dan karena waktu juga yang mepet, kita memutuskan untuk segera meneruskan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Eiittss, tapi harus menuruni 409 anak tangga dulu. Fiuuuftttt! >_<
See you in kebun buah Mangunan :p

Friday 18 July 2014

Kopi itu, Pahit Broooo!

Pernah aku sedikit menulis tentang ketertarikanku kepada kopi dan keinginanku untuk menjadi barista. Well, setelah aku pikir-pikir, aku ternyata hanya sedikit saja tahu perihal kopi. Aku hanya tahu kopi itu adalah sebuah minuman berwarna hitam, dibuat dari biji tanaman kopi yang difermentasi dan dikeringkan, kemudian diroasting dan digrinding sehingga menjadi bubuk kopi. Sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, aku selalu membuat kopi dengan menambahkan gula. Sekalipun aku belum pernah mencoba meminum kopi murni yang tanpa gula. Aku tahu kopi itu pahit jadi aku tidak berani mencobanya. Berbeda dengan orang Indonesia yang cenderung menyukai rasa manis (apalagi orang Jogja), orang-orang di negara Barat terbiasa minum kopi tanpa gula. Agak heran sih, mereka kenapa suka minum kopi tanpa gula yang sudah pasti rasanya pahit -dan tidak nikmat, dalam pikiranku-. Well, aku belum mencoba yang seperti itu, jadi aku tidak tahu dan asal berkomentar saja. 

Beberapa waktu lalu, seorang temenku, namanya Rizal. tiba-tiba saja mengajakku "ngopi" di salah satu warung kopi di Jogja, Klinik Kopi namanya. Sudah lama orang memperbincangkan "klinik" unik yang satu ini dan aku pun tidak ketinggalan ingin mencoba kopinya. Rizal ini, aku baru tahu kalau dia juga pecinta kopi. Bedanya denganku, dia lebih banyak tahu tentang kopi dan pernah mencoba banyak sekali jenis kopi, khususnya kopi dari daerah-daerah di Indonesia. Dia juga tahu banyak warung-warung kopi di Jogja, mulai dari yang sebatas angkringan, kedai kopi kecil dan tersembunyi, sampe warung kopi model cafe yang cukup berkelas. 

Jam 9 malam kami berangkat ke Klinik Kopi. Konsep warung kopi ini unik, dengan hanya satu barista kita diharuskan mengantri untuk bisa mendapatkan kopi yang kita inginkan. Namanya saja "Klinik" ya pelayanannya mirip saat kita datang ke dokter. Sang "dokter" akan menyiapkan kopi untuk kita sambil mengajak ngobrol pasiennya. Sesampainya di Klinik, kita langsung naik ke lantai 2 dimana "ruang perawatan" ada disana. Bukan ruang tertutup dan bau obat, ruang perawatan dibatasi kaca-kaca besar yang terbuka sehingga saat sampai di lantai 2 kita bisa langsung mencium aroma kopi yang sangat nikmat. Aroma kopi yang sangat nikmat -itu kesan pertama yang langsung muncul dikepalaku-. Tapi sayang sekali, ternyata kita datang terlambat, last order adalah jam 9 sedangkan kita sampai Klinik sudah lebih dari jam 9. 

Akhirnya setelah memberikan beberapa opsi, Rizal mengajakku ke Omah Kopi : Omah Sdulur. Kesan pertama ku adalah : kau tidak akan pernah menyangka warung sempit yang "biasa banget tempatnya" ini menyimpan harta karun didalamya. Ya harta karun berupa kopi-kopi dari banyak daerah di Indonesia, dari jenis arabika dan robusta, ada juga kopi import, juga kopi khas Omah Kopi : Omah Sdulur yang merupakan kopi blended dari beberapa macam kopi yang -kalau tidak salah- dinamai kopi Durian. Aku yang belum pernah minum kopi selain kopi-kopi instan, sedikit bingung saat harus memilih kopi yang akan aku pesan. Akhirnya aku memilih kopi Flores Bajawa, asal pilih saja sih, cuma pernah denger sesuatu tentang Bajawa aja jadi aku milih kopi ini. Ditulisannya sih ini kopi robusta (tapi ternyata ini adalah kopi arabika), Rizal aku lupa dia pesen kopi apa tapi aku ingat dia pesan salah satu kopi jenis arabika. Terus aku tanya sebenarnya beda kopi robusta dan arabika itu apa kepadanya, Rizal bilang kopi arabika itu rasanya lebih kaya dan enak dibanding kopi robusta. Perbedaan rasa ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat penanamannya. Kopi arabika dikembangkan didaerah dataran tinggi sedangkan robusta didaerah yang lebih rendah.

Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memperhatikan isi warung kopi kecil ini. Meskipun kecil dan sempit ternyata banyak sekali orang yang datang, ada 4 kelompok dimana setiap kelompok minimal ada 4 orang. Hanya kami yang datang berdua, lainnya datang bergerombol. Aku merasa agak aneh sih didalam sana, selain satu-satunya cewek berjilbab, kebanyakan yang datang adalah cowok-cowok berpakain gelap-gelap gitu. Ada satu atau dua cewek lain, tapi mereka pun sama-sama berpakaian gelap, dan merokok. 

Kopi pun datang, kopi Flores Bajawa Arabika ku. Hitam. Pahit. Asam. Itulah kesan ku pertama kali saat mencoba meminumnya (pake sendok kecil). Agak kecewa karena aromanya ternyata kurang kuat. Pahit,itu rasa yang paling dominan (ya iya lah) dari kopi asal Flores ini. Setelah beberapa kali mencoba meminumnya lewat sendok, untuk menyesuaikan lidahku dengan rasa pahitnya, akhirnya aku berani "nyuput" langsung dari cangkirnya. Menurutku sih, iya memang rasanya sangat pahit, tapi rasa pahit yang cukup bisa dinikmati dan setelah beberapa waktu rasa pahit itu akan hilang sama sekali. Sambil ngobrol panjang lebar dengan Rizal, aku mencoba menghabiskan kopiku. 

Dan sesuatu terjadi padaku, aku pusing. Aku tidak yakin, tapi mungkin karena kopinya terlalu kuat untukku. Aku mengutarakan hal itu kepada Rizal dan dia menyarankan setelah ini aku harus banyak minum air putih. Karena sudah tidak tahan pusingnya, kami pun memutuskan untuk pulang. Sampai dikosan aku langsung minum susu dan minum banyak sekali air putih. Aku merasa seperti orang mabuk -walaupun aku belum pernah mabuk sebelumnya-, kepala pusing dan badan linu-linu semua. Pusingnya hilang setelah aku tidur, tetapi linu-linu dibadan ini bertahan sampai 2 hari. Hadeeewww... parah dah, rasanya gak enak banget. huhuhuhu...

Meskipun demikian, entah kenapa aku masih ingin mencoba banyak jenis kopi lainnya. Aromanya selalu menggodaku, hitamnya seperti menyimpan banyak rahasia, dan pahitnya sungguh nikmat. Mungkin lain kali aku akan menambahkan sedikit gula dikopiku. hehe

Itu pengalamanku dengan kopi, bagaimana dengan mu?



Ps : Ada yang pengen tahu tentang kopi Flores Bajawa, check this one http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/ 

Tuesday 8 July 2014

Dia (tidak) Kembali

Profesionalitas itu memang wajib dimiliki oleh setiap orang, dan hal itu mutlak harus dipunyai oleh seorang pemain bola. Ya kali ini aku akan “ngomongin” sedikit tentang sepak bola, mumpung lagi ada gelaran piala dunia. Tapi bukan tentang piala dunia, itu terlalu mainstream kalau aku juga ikut “ngomongin” itu.

Berbicara tentang sepak bola, pemain bola dan profesionalitas aku akan membahas tentang pemain bola yang -dulu- sangat aku gilai, Cesc Fabregas. Pemain yang dulu pernah selama kurang lebih delapan tahun merumput -kok seperti disamakan dengan kambing/sapi?- atau bermain untuk tim sepak bola jagoanku Arsenal, ini beberapa waktu lalu mengumumkan hal yang bisa menggegerkan dunia para Gooners (fans Arsenal). Doi -ceileh- yang tahun 2011 lalu pulang kampung ke Barcelona memutuskan untuk kembali merantau, lagi-lagi di Inggris -dan London- tapi bukan kembali ke Arsenal. Chelsea, musuh sekota London yang juga musuh bebuyutan Arsenal, adalah klub yang dipilih Fabregas. Sungguh bukan come back yang bagus dimata kami, Gooners, pasalnya pernah doi bilang kalau seandainya doi pindah klub lagi (hengkang dari Barca) doi akan balik ke Arsenal, atau sekalipun tidak kembali ke Arsenal, doi akan pindah ke selain klub Inggris.

Cesc Fabregas Memilih Chelsea

Beberapa minggu saat berita tentang akan hengkangnya Fabregas dari Barca, banyak sekali kabar yang memberitakan bahwa doi akan kembali ke Arsenal. Sebagian besar fans Arsenal -termasuk aku- sebenernya menginginkan kabar tersebut menjadi kenyataan karena pada dasarnya kami -Gooners- masih mencintai Fabregas. Selama delapan tahun bermain untuk Arsenal dan dianugerahi ban kapten pada 2 musim terakhirnya di Arsenal, membuat fans Arsenal menempatkan Fabregas ditempat tersediri dihati mereka. Sayang sekali, saat semua fans sepak bola teralihkan dengan berita seputar sepak bola, ada berita buruk bagi pans Arsenal tentang kepindahan Fabregas ke Chelsea. Sebagai salah satu dari mereka -Gooners- aku -yang juga telah mencintaii Fabregas dengan sepenuh hati- merasa sangat patah hati. I’m broken heart! Rasanya sungguh sakiiiiittttttttt. Lebih sakit dari dikhianatin sama pacar. Atau sesakit di-PHP-in sama gebetan. Selama beberapa hari kabar itu beredar, setiap nonton berita transfernya di tivi, seperti tersayat-sayat hatiku -lebay-. Rasanya juga lebih sakit dibanding saat tahu kalau dia punya pacar seorang janda. Hiks hiks hiks...

Layaknya seperti orang yang habis patah hati, setelah menggalau beberapa saat, aku memutuskan untuk move on. Hufft. Profesionalitas. Aku mulai menerima bahwa dia memang berhak untuk bermain di klub manapun yang dia inginkan dan klub yang memang mengininkannya. Karena beberapa berita juga mengabarkan bahwa Arsene Wenger lah yang tidak menginginkan service Fabregas lagi. Well, meskipun bakal teringatkan lagi sakitnya saat melihat Fabregas nanti main di EPL dengan jersey Chelsea, tapi ya sudahlah. Meskipun tidak mendapatkan Fabregas lagi, aku harap Arsenal bisa merekrut pemain lain yang berkualitas. Alexis Sanchez atau Sami Khedira boleh lah ya.

Oke deh, we’ll see kiprah come back Fabregas di Inggris, di Chelsea,