Friday 18 July 2014

Kopi itu, Pahit Broooo!

Pernah aku sedikit menulis tentang ketertarikanku kepada kopi dan keinginanku untuk menjadi barista. Well, setelah aku pikir-pikir, aku ternyata hanya sedikit saja tahu perihal kopi. Aku hanya tahu kopi itu adalah sebuah minuman berwarna hitam, dibuat dari biji tanaman kopi yang difermentasi dan dikeringkan, kemudian diroasting dan digrinding sehingga menjadi bubuk kopi. Sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, aku selalu membuat kopi dengan menambahkan gula. Sekalipun aku belum pernah mencoba meminum kopi murni yang tanpa gula. Aku tahu kopi itu pahit jadi aku tidak berani mencobanya. Berbeda dengan orang Indonesia yang cenderung menyukai rasa manis (apalagi orang Jogja), orang-orang di negara Barat terbiasa minum kopi tanpa gula. Agak heran sih, mereka kenapa suka minum kopi tanpa gula yang sudah pasti rasanya pahit -dan tidak nikmat, dalam pikiranku-. Well, aku belum mencoba yang seperti itu, jadi aku tidak tahu dan asal berkomentar saja. 

Beberapa waktu lalu, seorang temenku, namanya Rizal. tiba-tiba saja mengajakku "ngopi" di salah satu warung kopi di Jogja, Klinik Kopi namanya. Sudah lama orang memperbincangkan "klinik" unik yang satu ini dan aku pun tidak ketinggalan ingin mencoba kopinya. Rizal ini, aku baru tahu kalau dia juga pecinta kopi. Bedanya denganku, dia lebih banyak tahu tentang kopi dan pernah mencoba banyak sekali jenis kopi, khususnya kopi dari daerah-daerah di Indonesia. Dia juga tahu banyak warung-warung kopi di Jogja, mulai dari yang sebatas angkringan, kedai kopi kecil dan tersembunyi, sampe warung kopi model cafe yang cukup berkelas. 

Jam 9 malam kami berangkat ke Klinik Kopi. Konsep warung kopi ini unik, dengan hanya satu barista kita diharuskan mengantri untuk bisa mendapatkan kopi yang kita inginkan. Namanya saja "Klinik" ya pelayanannya mirip saat kita datang ke dokter. Sang "dokter" akan menyiapkan kopi untuk kita sambil mengajak ngobrol pasiennya. Sesampainya di Klinik, kita langsung naik ke lantai 2 dimana "ruang perawatan" ada disana. Bukan ruang tertutup dan bau obat, ruang perawatan dibatasi kaca-kaca besar yang terbuka sehingga saat sampai di lantai 2 kita bisa langsung mencium aroma kopi yang sangat nikmat. Aroma kopi yang sangat nikmat -itu kesan pertama yang langsung muncul dikepalaku-. Tapi sayang sekali, ternyata kita datang terlambat, last order adalah jam 9 sedangkan kita sampai Klinik sudah lebih dari jam 9. 

Akhirnya setelah memberikan beberapa opsi, Rizal mengajakku ke Omah Kopi : Omah Sdulur. Kesan pertama ku adalah : kau tidak akan pernah menyangka warung sempit yang "biasa banget tempatnya" ini menyimpan harta karun didalamya. Ya harta karun berupa kopi-kopi dari banyak daerah di Indonesia, dari jenis arabika dan robusta, ada juga kopi import, juga kopi khas Omah Kopi : Omah Sdulur yang merupakan kopi blended dari beberapa macam kopi yang -kalau tidak salah- dinamai kopi Durian. Aku yang belum pernah minum kopi selain kopi-kopi instan, sedikit bingung saat harus memilih kopi yang akan aku pesan. Akhirnya aku memilih kopi Flores Bajawa, asal pilih saja sih, cuma pernah denger sesuatu tentang Bajawa aja jadi aku milih kopi ini. Ditulisannya sih ini kopi robusta (tapi ternyata ini adalah kopi arabika), Rizal aku lupa dia pesen kopi apa tapi aku ingat dia pesan salah satu kopi jenis arabika. Terus aku tanya sebenarnya beda kopi robusta dan arabika itu apa kepadanya, Rizal bilang kopi arabika itu rasanya lebih kaya dan enak dibanding kopi robusta. Perbedaan rasa ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat penanamannya. Kopi arabika dikembangkan didaerah dataran tinggi sedangkan robusta didaerah yang lebih rendah.

Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memperhatikan isi warung kopi kecil ini. Meskipun kecil dan sempit ternyata banyak sekali orang yang datang, ada 4 kelompok dimana setiap kelompok minimal ada 4 orang. Hanya kami yang datang berdua, lainnya datang bergerombol. Aku merasa agak aneh sih didalam sana, selain satu-satunya cewek berjilbab, kebanyakan yang datang adalah cowok-cowok berpakain gelap-gelap gitu. Ada satu atau dua cewek lain, tapi mereka pun sama-sama berpakaian gelap, dan merokok. 

Kopi pun datang, kopi Flores Bajawa Arabika ku. Hitam. Pahit. Asam. Itulah kesan ku pertama kali saat mencoba meminumnya (pake sendok kecil). Agak kecewa karena aromanya ternyata kurang kuat. Pahit,itu rasa yang paling dominan (ya iya lah) dari kopi asal Flores ini. Setelah beberapa kali mencoba meminumnya lewat sendok, untuk menyesuaikan lidahku dengan rasa pahitnya, akhirnya aku berani "nyuput" langsung dari cangkirnya. Menurutku sih, iya memang rasanya sangat pahit, tapi rasa pahit yang cukup bisa dinikmati dan setelah beberapa waktu rasa pahit itu akan hilang sama sekali. Sambil ngobrol panjang lebar dengan Rizal, aku mencoba menghabiskan kopiku. 

Dan sesuatu terjadi padaku, aku pusing. Aku tidak yakin, tapi mungkin karena kopinya terlalu kuat untukku. Aku mengutarakan hal itu kepada Rizal dan dia menyarankan setelah ini aku harus banyak minum air putih. Karena sudah tidak tahan pusingnya, kami pun memutuskan untuk pulang. Sampai dikosan aku langsung minum susu dan minum banyak sekali air putih. Aku merasa seperti orang mabuk -walaupun aku belum pernah mabuk sebelumnya-, kepala pusing dan badan linu-linu semua. Pusingnya hilang setelah aku tidur, tetapi linu-linu dibadan ini bertahan sampai 2 hari. Hadeeewww... parah dah, rasanya gak enak banget. huhuhuhu...

Meskipun demikian, entah kenapa aku masih ingin mencoba banyak jenis kopi lainnya. Aromanya selalu menggodaku, hitamnya seperti menyimpan banyak rahasia, dan pahitnya sungguh nikmat. Mungkin lain kali aku akan menambahkan sedikit gula dikopiku. hehe

Itu pengalamanku dengan kopi, bagaimana dengan mu?



Ps : Ada yang pengen tahu tentang kopi Flores Bajawa, check this one http://www.specialtycoffee.co.id/kopi-flores-bajawa/ 

Tuesday 8 July 2014

Dia (tidak) Kembali

Profesionalitas itu memang wajib dimiliki oleh setiap orang, dan hal itu mutlak harus dipunyai oleh seorang pemain bola. Ya kali ini aku akan “ngomongin” sedikit tentang sepak bola, mumpung lagi ada gelaran piala dunia. Tapi bukan tentang piala dunia, itu terlalu mainstream kalau aku juga ikut “ngomongin” itu.

Berbicara tentang sepak bola, pemain bola dan profesionalitas aku akan membahas tentang pemain bola yang -dulu- sangat aku gilai, Cesc Fabregas. Pemain yang dulu pernah selama kurang lebih delapan tahun merumput -kok seperti disamakan dengan kambing/sapi?- atau bermain untuk tim sepak bola jagoanku Arsenal, ini beberapa waktu lalu mengumumkan hal yang bisa menggegerkan dunia para Gooners (fans Arsenal). Doi -ceileh- yang tahun 2011 lalu pulang kampung ke Barcelona memutuskan untuk kembali merantau, lagi-lagi di Inggris -dan London- tapi bukan kembali ke Arsenal. Chelsea, musuh sekota London yang juga musuh bebuyutan Arsenal, adalah klub yang dipilih Fabregas. Sungguh bukan come back yang bagus dimata kami, Gooners, pasalnya pernah doi bilang kalau seandainya doi pindah klub lagi (hengkang dari Barca) doi akan balik ke Arsenal, atau sekalipun tidak kembali ke Arsenal, doi akan pindah ke selain klub Inggris.

Cesc Fabregas Memilih Chelsea

Beberapa minggu saat berita tentang akan hengkangnya Fabregas dari Barca, banyak sekali kabar yang memberitakan bahwa doi akan kembali ke Arsenal. Sebagian besar fans Arsenal -termasuk aku- sebenernya menginginkan kabar tersebut menjadi kenyataan karena pada dasarnya kami -Gooners- masih mencintai Fabregas. Selama delapan tahun bermain untuk Arsenal dan dianugerahi ban kapten pada 2 musim terakhirnya di Arsenal, membuat fans Arsenal menempatkan Fabregas ditempat tersediri dihati mereka. Sayang sekali, saat semua fans sepak bola teralihkan dengan berita seputar sepak bola, ada berita buruk bagi pans Arsenal tentang kepindahan Fabregas ke Chelsea. Sebagai salah satu dari mereka -Gooners- aku -yang juga telah mencintaii Fabregas dengan sepenuh hati- merasa sangat patah hati. I’m broken heart! Rasanya sungguh sakiiiiittttttttt. Lebih sakit dari dikhianatin sama pacar. Atau sesakit di-PHP-in sama gebetan. Selama beberapa hari kabar itu beredar, setiap nonton berita transfernya di tivi, seperti tersayat-sayat hatiku -lebay-. Rasanya juga lebih sakit dibanding saat tahu kalau dia punya pacar seorang janda. Hiks hiks hiks...

Layaknya seperti orang yang habis patah hati, setelah menggalau beberapa saat, aku memutuskan untuk move on. Hufft. Profesionalitas. Aku mulai menerima bahwa dia memang berhak untuk bermain di klub manapun yang dia inginkan dan klub yang memang mengininkannya. Karena beberapa berita juga mengabarkan bahwa Arsene Wenger lah yang tidak menginginkan service Fabregas lagi. Well, meskipun bakal teringatkan lagi sakitnya saat melihat Fabregas nanti main di EPL dengan jersey Chelsea, tapi ya sudahlah. Meskipun tidak mendapatkan Fabregas lagi, aku harap Arsenal bisa merekrut pemain lain yang berkualitas. Alexis Sanchez atau Sami Khedira boleh lah ya.

Oke deh, we’ll see kiprah come back Fabregas di Inggris, di Chelsea,

Monday 7 July 2014

Berhenti berwacana dan tulis apa saja

Ponjong, 7 Juli 2014

Baru saja beberapa menit hari ini dimulai. Ya, sudah masuk bulan Juli, dan Juni pun telah berlalu. Aku baru menyadari sesuatu, aku tidak menulis atau mengepos satu tulisanpun di bulan Juni. Huvd, padahal aku bertekad untuk aktif menulis di blog, paling tidak setiap bulan aku menulis dan memposting sesuatu. Tapi tekad itu terlupakan sebulan belakangan.

Aku tidak benar-benar tahu apa yang membuatku lupa untuk menulis. Apa aku terlalu sibuk? Sepertinya tidak juga. Apa tidak ada hal-hal bagus yang terjadi dibulan Juni yang bisa di tuliskan? Kupikir sebenarnya ada beberapa hal menarik. Apa aku sedang tidak galau karena itu seringkali menjadi sumber inspirasiku? Apa yang terjadi padaku??

Sambil menuliskan ini aku memikirkan beberapa hal tentang bulan Juni yang sebenarnya bisa aku tulis di blog. Seperti tentang hujan yang tiba-tiba saja mulai turun ditengah panasnya matahari Juni. Puisi “Hujan Bulan Juni” Supardi Joko Damono tiba-tiba menjadi soundtrack of the month. Beberapa kali terlintas untuk menulis tentang hal  itu(hujan bulan Juni) di blog, tapi pada akhirnya itu hanya menjadi ide yang kembali terlupakan.

Ada juga beberapa event menarik yang aku datangi yang sebenarnya bisa jadi isian blogku seperti ArtJog yang pada tahun 2014 ini sangat banyak sekali peminatnya sampai-sampai acara yang tadinya hanya akan berlangsung 1 minggu diperpanjang 1 minggu lagi karena banyaknya peminat. Saat 2 tahun lalu aku datang ke acara yang sama, ArtJog2012, keadaannya agak jauh berbeda terkait jumlah pengunjung yang tidak sebanyak tahun ini. Padahal waktu dua tahun lalu untuk dapat menikmati karya-karya seni di ArtJog kita tidak perlu membayar tiket masuk. Dan kebijakan penyelenggara untuk mengenakan biaya tiket masuk pada ArtJog2014 ini ternyata tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Jogja untuk tidak datang ke event seni terbesar di ASEAN ini, malah semakin besar antusiasmenya. Ya, kini telah banyak orang yang mau mengapresiasi karya seni dan seniman. Mengamati ArtJog tahun ini, aku bisa melihat itu, meskipun antara ingin mengapresiasi karya seni atau keinginan untuk sekedar eksis kadang aku yang tidak bisa membedakan.

Oke cukup, itu saja beberapa hal yang sebenarnya aku ingin tulis, lagi-lagi kini itu hanya wacana. Ah, wacana, banyak sekali wacana sampai bosan aku membuatnya -...-

Selanjutnya aku ingin sekali kembali aktif menulis di blog. Ku mohon, pada diriku sendiri, berhentilah berwacana dan tulis saja apa saja.

Trims :)