Wednesday 2 April 2014

Sang Pembuat Kopi


Aku beri tahu resep rahasiaku untuk membuat secangkir kopi yang nikmat, satu sendok kopi bubuk asli dan netralkan dengan dua sendok gula, lalu seduh dengan air mendidih yang baru saja diangkat dari kompor. Sederhana saja bukan? Dan dengan kesederhanaan itu yang membuat mereka selalu menunggu nunggu kopi ku setiap sabtu malam.

Kita, aku dan teman-temanku, memiliki satu rutinitas yang hampir selalu kami lakukan setiap akhir pekan, pada sabtu malam lebih tepatnya. Saat muda mudi lain memanfaatkan malam minggu mereka dengan berkencan atau bermain kemana, kami cukup berkumpul di markas yang kami namai Markas Kasukabe dan sisa malam minggu itu kita isi dengan bercengkrama, ngobrol, bercanda, dll. Satu hal yang juga menjadi rutinintas dalam rutinitas itu adalah kebiasaan kami untuk "ngopi" dan yang kebagian tugas membuatkan kopi untuk mereka semua adalah aku. Singkat cerita, yang kemudian diberi tugas untuk membuat kopi adalah aku. Aku tidak tahu kenapa, tapi ku pikir mereka menyukai kopi buatanku, atau sebenarnya itu terpaksa karena tidak ada yang mau diberi tugas itu selain aku? Entahlah, aku sih sebenarnya tidak masalah, aku suka kopi dan membuat kopi. 

Satu sendok penuh kopi bubuk asli akan menghasilkan kopi setengah kental dengan rasa asam yang kuat. Ya sebenarnya itulah yang membuat kopi terasa pahit. Tetapi dengan dua sendok gula, rasa pahit dan asam itu akan tertutupi dan hanya akan tertinggal saja di rongga mulut.  Kopi itu tidak akan terasa pahit ataupun manis. Kopi yang cukup ramah di lidah orang yang tidak terbiasa meminum kopi, sekaligus kopi yang punya cita rasa kuat bahkan untuk dirasakan oleh seorah perokok berat.

Berbicara tentang kopi, sudahkah aku beru tahu kamu bahwa aku pernah bercita-cita untu menjadi barista? Hmmm, mungkin belum, tapi meskipun sudah, aku akan tetap menceritakannya padamu. Sejak dulu saat masih duduk dibangku sekolah menengah atasm aku sudah sangat gemar minum kopi. Waktu itu aku sudah berteman akrab dengan malam, jadi aku selalu berjaga bersamanya. Malam yang mengenalkan aku dengan kopi. Aku sangat suka kopi meskipun pada awalnya aku hanya berani menenggak kopi susu atau kopi creamer. Kopi hitam menurutku terkesan terlalu "tua" dan "bapak-bapak" banget untukku yang waktu itu masih sangat belia (halah). Setelah sekian lama berteman dengan kopi, tak ku sadari aku mulai jatuh cinta padanya. Dan pada saat itulah, aku bercita-cita, bermimpi lebih tepatnya, untuk menjadi seorang barista atau pembuat kopi. Seperti mimmpi-mimpi aneh ku lainnya, ku pikir itu salah satu mimpiku yang agak susah di wujudkan, agak mustahil.

Ya, aku suka kopi, aku suka membuat kopi dan aku suka kopi yang aku buat, mereka, ku pikir juga menyukainya. Jadi aku akan berpikir ulang tentang kemustahilan mimpiku menjadi seorang barista. Aku hanya perlu menemukan jalannya. Semoga. Doakan saja :))


9 Maret
@Megalochelys

No comments:

Post a Comment