Wednesday 12 February 2014

Hujan Pergilah

Lagi, aku ingin hujan pergi. Lagi, aku ingin melihat matahari. Bosan rasanya melihat langit kelabu sepanjang hari. Melihat langit terus menerus menangis seperti membuatku juga ingin menangis. Tidak, aku tidak sedang sedih. Aku hanya sedang bosan, sedang jenuh seperti udara jenuh dikala hujan.

Aku ingin sekali pergi menghilang untuk sementara. Mungkin ke dalam bumi. Atau ke atas langit. Mungkin ke dasar lautan. Aku ingin pergi, melarikan diri, hanya sebentar saja, aku ingin pergi dari kubangan tempatku terus menerus memikirkanmu.

Beberapa waktu yang lalu ku pikir aku telah mulai sedikit menyukai hujan. Ku pikir hujan sedikit demi sedikit melarutkan rasaku untukmu. Tapi yang terjadi alih-alih dia membawa mu pergi bersamanya, hujan malah semakin membenamkan diriku dalam kubangan ini, kubangan yang semakin dalam menenggelamkan diriku pada keterpurukan kerena kehilanganmu. 

Apakah kau berpikir bahwa diriku sangat menyedihkan? Semua ini salah hujan, jangan kau menyalahkan ku. Salahkan saja hujan, paling-paling dia akan marah dan menjatuhkan diri lebih deras. Angin sesekali akan membela hujan. Membuat siang seakan malam.

Baiklah, aku akui itu adalah salahku, hujan tidak salah. Dia hanya menyebalkan. Dia selalu berhasil membuatku basah. Aku benci dengan air. Entahlah, mungkin karena aku tidak pernah bisa menggenggam air. Ah, karena hujan datang hampir pada setiap sore aku merasa sangat kehilangan moment dikala senja. Senja dikala hujan tidak berarti apapun untukku. Aku ingin melihat senja langit merah saat hari cerah karena saat itu aku teringatkan lagi alasanku jatuh cinta padamu.

Oh, tolong kembalikan matahariku.

No comments:

Post a Comment