Monday 16 September 2013

Ternyata, Aku bukan siapa-siapa (untukmu)

Siapa aku? Tentu aku bukan siapa-siapa untukmu. 

Semua orang mengatakan aku yang salah, aku yang kurang pengertian, aku yang terlalu mengharapkan, aku yang tidak sabar, aku yang mungkin salah mengartikan, aku yang blah blah blah blah. Oke, aku akui aku memang bodoh. Bego banget! Terlalu bodohnya aku sampai aku bisa terpuruk jatuh hati padamu.

Mungkin jatuh cinta padamu itu belum terlalu bodoh. Menurutku wajar saja aku suka padamu karena memang kamu pantas, dan kamu tidak tau betapa sangat mudahnya kau untuk di kagumi. Yang aku sesalkan adalah, begitu bodohnya aku saat aku begitu percaya diri dan terang-terangan bersikap selayaknya orang yang jatuh hati didepanmu. Oke, mungkin itu tidak bodoh seandainya aku tahu kau juga (benar-benar) memiliki perasaan serupa denganku. Yang menjadikanku terlihat lebih sangat bodoh adalah aku melakukan itu didepanmu yang aku sama sekali tidak punya ide tentang perasaanmu padaku. Oh, selain aku merasa sangat tak punya malu, aku juga takut, aku takut kau menganggap aku sebagai wanita yang terlalu mudah, tak punya harga diri, agresif, frontal, tak sabaran, dan bodoh. Ah, aku paling benci dianggap bodoh (IQ ku 131 men! Jadi aku tidak mau dikata bodoh). Aku merasa aku menjilat ludahku sendiri, ah tidak apa-apa, aku tidak mau dianggap bodoh oleh orang lain walaupun sejujurnya aku menganggap diriku sendiri bodoh. Ah sudahlah, aku mulai melantur.

Aku tekankan disini kepadamu, aku bukan tipe wanita yang seperti itu. Aku ini kalem, lemah lembut, santun dan sopan. Aku juga sexy kalau kau tau. Oke semua yang ku sebutkan tadi adalah aku yang dalam mimpiku. Aku tidak sepenuhnya punya sikap yang buruk sebagai wanita. Aku cukup sabar, dan tentu aku tidak bodoh. Aku juga bukan tipe wanita gampangan, aku sangat selektif memilih hati. Seorang temah bahkan pernah berkata aku ini wanita yang sulit ditembus, sulit luluh, susah bagiku untuk benar-benar suka dengan seseorang. Dan itu memang benar. Jika kau ingin bukti, ada seseorang yang sudah menggilaiku sejak dia SMP dan masih saja mengharapkanku sampai saat ini. Meski usahanya begitu besar, aku masih tidak bisa luluh karenanya. Aku tak tahu kenapa. Mungkin karena aku tidak yakin dengannya. Aku tidak akan pernah mengambil resiko untuk suka atau menjalin hubungan dengan seseorang kalau aku tidak yakin dengannya, entah dengan perasaannya atau orangnya sendiri. Dan juga jika aku tidak yakin dengan perasaanku, aku juga tidak akan mengambil resiko itu.

Bercerita tentangmu, aku memang awalnya tidak mengharapkan apapun darimu. Aku memang mengagumimu, tetapi menikmatimu dari jarak 10 langkah sudah cukup bagiku. Tetapi aku tidak tahu setan apa yang sedang merasuki mu malam itu, atau efek kelelahan karena perjalanan panjang dan dingin yang membuatmu tiba-tiba mengubah sikapmu padaku. Aku masih tidak habis pikir, dan juga tidak percaya kau berubah sikap menjadi sangat perhatian kepadaku. Kau bahkan sudah sangat berani menyiratkan bahwa kau memiliki perasaan tertentu untukku. Aku tidak percaya itu, sungguh! Memangnya apasih yang kau lihat dari aku yang begitu tidak ada apa-apanya ini, dibandingkan dirimu? Aku coba untuk sangat berhati-hati menyikapi perubahan sikapmu yang tiba-tiba itu. Kau tahu, aku benar-benar sangat berhati-hati, aku tidak ingin terlalu berharap dan mencoba untuk tidak merasa terlalu senang. Tapi seperti yang ku katakan sebelumnya, kau memang pantas untuk aku jatuh cintai, kau sangatlah mudah membuatku kagum, dan bodohnya aku yang tak bisa memegang omonganku sendiri. Aku terbawa suasana, aku terhanyut dalam rasa bahagia yang amat besar dan pada akhirnya aku menyadarinya, aku telah jatuh dalam perangkapmu.

Aku bodoh, dan kau tau itu. Dan saat kau tau aku menyukaimu, kau tau bagaimana cara menghancurkanku. Perlahan-lahan kau mengundurkan diri, meninggalkanku seorang diri seperti ini. Rasanya aku akan mati bodoh jika seperti ini akhirnya. Dalam kebimbangan aku menjadi semakin bodoh, sebentar lagi mungkin kau mungkin akan memanggilku idiot. Tunggang langgang aku berlari mencari bantuan tapi sungguh tidak ada yang bener-benar memahami perasaanku. Perasaan serba salah yang melingkupi ku sampai-sampai aku tak tau harus berbuat apa dan bagaimana. Sampai pada titik kulminasi kegalauanku, aku memutuskan untuk memutuskan sendiri sikapku. Aku akan diam. Dalam diam aku berusaha menelan bulat-bulat perasaanku padamu. Dalam diam aku menelan utuh sedikit rasa perih karena sikapmu yang sudah melukai hatiku. Aku hanya akan diam, berpura-pura lupa. Dan kita bisa mencoba lagi lain kali.

No comments:

Post a Comment