Wednesday 11 September 2013

Tentang Sebuah Pendakian (End)

Ranu Kumbolo, 20.10 WIB
Sabtu, 31 Agustus 2013

Kembali lagi aku disini, di tepian danau Kumbolo, di kelilingi rumah parasit para pendaki. Menyaksikan Ranu Kumbolo dipenuhi gemerlap lampu senter. Percik api unggun menghangatkan suasana disini, meski angin berhembus keras membawakan hawa dingin. Malam minggu ini, Ranu Kumbolo bagai disulap menjadi kota metropolis oleh para pendaki, entah pendaki yang benar-benar akan mendaki Semeru, atau hanya orang-orang yang tak punya kerjaan yang sekedar ingin menghabiskan akhir minggu mereka disini. Apapun tujuan mereka, Ranu Kumbolo malam ini terlihat sangat gemerlap dan mempesona. Ah, ngomong-ngomong soal kota, aku menjadi teringat kotamu, kotaku yang ku titipkan padamu. Dan pada akhirnya aku kembali terpikirkan tentangmu. 

Tidak tidak tidak, aku tidak akan menyinggung banyak hal tentangmu disini. Aku ingin menceritakan perjalananku, perjalanan yang tidak akan pernah bisa aku lupakan, semoga. 

Aku sampai di Ranu Kumbolo belum terlalu lama, setelah melalui perjalanan yang sangat melelahkan hari ini, menguras tenaga dan emosi, perjalanan mendaki puncak Gunung Semeru, Mahameru. Ya akhirnya aku sampai di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa! Setelah beberapa tahun hanya bisa bermimpi, 2 bulan hanya bisa memandangi, akhirnya sampai juga di puncak Mahameru yang memiliki ketinggian 3676 mAsl. Sungguh ini pengalaman yang sulit aku bisa ulang lagi (tapi aku harap masih bisa). Mengingat untuk bisa mencapai puncak, tidak hanya diperlukan fisik yang kuat, tetapi mental dan tekad kuatlah yang bisa membawamu ke sana. 

Dini hari pukul dua kami mulai start dari Kalimati, sempat ragu untuk ke puncak karena sebelumnya sempat hujan dan badai. Dalam waktu dua jam kami sampai Arcopodo. Medan tak lagi landai, tak ada lagi tanah, tak ada lagi pepohonan. Inilah, ujian sesungguhnya dari pendakian ini, lereng pasir Semeru. Track berpasir, berkerikil dan berbatu setinggin 700m berhasil kita tempuh selama kurang lebih 4 jam. Empat jam yang penuh dengan peluh, erangan, teriakan (dan kelaparan). Empat jam ujian yang akan menentukan sekuat apa mental yang kau bawa sebagai bekal. Empat jam perjuangan yang sangat luar biasa. Begitu sampai di puncak, kau tau peluh yang kau korbankan, perjuangan yang telah kau lakukan, tidak sedikitpun sia-sia.

Dari atas puncak Mahameru, aku dapat melihat pantai dan laut di sebelah selatan. Berbalik 90 derajat ke arah timur aku bisa melihat G. Argopuro, gunung yang memiliki track pendakian paling panjang di Jawa meski tingginya hanya 3088 mAsl. Di arah barat aku bisa melihat lebih banyak deretan gunung seperti G. Arjuna, G. Welirang dan gunung-gunung lain yang aku tak tau namanya. Dari arah utara, arah aku datang, aku bisa melihat deretan bebukitan yang mengitari Semeru. Kalimati, Oro-oro ombo terlihat jauh dibawah. Setiap beberapa menit, kawah Semeru yang berbahaya akan mengeluarkan segerombolan belerang beracun yang mungkin saja akan membunuh siapapun yang menghirupnya. Jadi pastikan arah angin tidak sedang mengarah ke utara jika kau ingin selamat dari gas beracun yang mematikan itu.
Arah Utara, arah kita datang

Arah barat, terlihat deretan gunung-gunung

Arah Timur

Arah Selatan, dibelakang itu terlihat laut dan pantai
Sungguh luar biasa. Semua itu tidak akan aku lupakan. 

Sudah sangat malam dan aku sangat lelah. Aku harus tidur dan beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk pulang esok hari. Selamat malam :)

No comments:

Post a Comment