Wednesday 11 September 2013

Tentang Sebuah Pendakian (3)

Kalimati, 20.05 WIB
Jumat, 30 Agustus 2013

Masih ditempat yang sama, di tengah savana rimba Semeru, ternyata aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Kali ini tentang apa yang kau katakan beberapa waktu lalu. Kau tau yang ku maksud kan? Ah toh kau juga tidak akan pernah membaca ini.

Aku sungguh tak pernah punya membayangkan, ataupun punya pikiran kau akan mengatakan hal itu malam itu, malam sebelum aku berangkat ke sini. Mengkhayalkannya pun tidak pernah sama sekali. Kau bahkan sudah berani memberi semacam pernyataan kepada orang lain padahal kau belum mengatakan apa-apa kepadaku. Sungguh amat berani sekali kau ini, macam aku akan langsung mengatakan "iya" saja.

Oke, baiklah, aku akui, aku memang sudah tertarik padamu sejak lama. Saat kau bahkan belum hafal namaku, saat kau bahkan belum mengenalku. Ah, mungkin lebih tepatnya aku kagum padamu. Sejak pertama kali aku mendengarmu bernyanyi. Kau mungkin tidak percaya tapi ku pikir aku belum pernah mendengarkan suara semerdu suaramu sebelumnya. Sungguh, aku terpesona sampai-sampai ku tak bisa melepaskan pandanganku darimu. Anak bersuara sehalus sutra dan selembut pastry terlezat sedunia ini siapa? Saat itu rasanya aku lapar sekali dan ingin memakan suaramu (apasih aku ni?). Dari situ aku mulai kagum padamu.

Tapi, kita bahkan baru kenal kurang lebih 3 bulan, dan itu hanya sekedar kenal. Aku tau kamu dan kamu tau aku, sebatas itu, tidak dekat. Dan bagaimana mungkin aku langsung bisa berkata iya melihat level perkenalan kita yang cetek sekali itu?
Jujur, aku sulit untuk dekat dengan seseorang, apalagi untuk memberi hatiku. Dan aku takut, aku takut sakit, aku takut terluka, aku takut hatiku belum siap. Jadi aku harap, bila kau benar-benar serius dengan yang kau katakan itu, beri aku waktu. Untuk mengenalmu, luar dalam. Untuk mengenalmu, semua tentang kamu. Dan jika memang kita sama adanya, bismillah aku pasti mengatakan iya. :)

No comments:

Post a Comment