Tuesday 10 September 2013

Tentang Sebuah Pendakian (1)

Ranu Kumbolo, 19.00 WIB
Kamis, 29 Agustus 2013

Ranu Kumbolo, akhirnya sampai juga aku di sini setelah berjalan melewati sekian banyak bukit selama kurang lebih 5 jam dari Ranu Pani. Jam tangan Casio milikku menujukkan pukul lima sekian. Perjalanan 5 jam tidak memungkinkanku untuk sholat duhur, jadi aku memutuskan untuk menggabung waktu sholat duhur dan ashar.
Ranu Kumbolo, danau alami di tengah-tengah bebukitan yang mengitarinya, memiliki air yang masih terjaga kebersihannya. Kesegeran air yang begitu jernih saat ku membasuh wajah ku begitu menyegarkan, meluluhkan peluh dan rasa lelah karena perjalanan sebelumnya. Sungguh luar biasa, sholat di Ranu Kumbolo. Di bawah langit yang memayungi Gunung Semeru. Di antara ilalang sewarna emas yang tumbuh pada bukit-bukit kuning. Sungguh ini pengalaman yang tidak akan pernah akan aku lupakan.



Danau cantik Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo, menjadi lebih mengagumkan ketika malam datang. Jutaan lampion langit yang kau sebut bintang, membuat aku tak henti-hentinya memuja nama-Nya dan kebesaran-Nya karena telah menciptakan alam yang sungguh  indah untuk dipandang. Dalam sholatku, dalam doaku, dalam dzikirku, selalu ku bersyukur dapat menyaksikan semua ini. Maha Besar Engkau yang telah menciptakan alam yang luar biasa mengagumkan ini. Allahuakbar.
Ranu Kumbolo, sungguh ingin aku nikmati semua keindahan ini bersamamu, seseorang yang kini hadir mengisi ruang yang telah lama kosong dan hampa dalam hatiku. Aku sungguh sangat menyayangkan ada orang yang datang ke sini dan masih menyimpan dendam ataupun amarah dalam hatinya. Padahal bukankah itu sesuatu yang sangat langka memiliki kesempatan untuk bisa menikmati kelezatan yang alam sajikan ini bersama orang yang kau kasihi dan mengasihimu? Bukankah melewati terjalnya tanjakan dan turunan bersama-sama dan saling bergandengan tangan itu adalah hal yang luar biasa romanti? Atau melewati malam yang dingin ini bersama-sama sambil mendengarnya bercerita bercanda itu juga sangat membahagiakan? Seseruput jahe hangat akan semakin mengaburkan jarak kita. Kapankah aku bisa mendapatkan kesempatan seperti itu, bersamamu? Bersediakah kau, mewujudkan itu? Sungguh ku berharap kau akan berkata "iya".

No comments:

Post a Comment